Entri yang Diunggulkan

Kahyangan Suralaya, Tempat Tinggal Para Dewa

Legenda adalah kisah tentang orang, kejadian, atau peristiwa yang dibuat berdasarkan fantasi dengan maksud untuk menimbulkan kekaguman...

Sabtu, 25 Juni 2016

Nenek Moyang Manusia Jawa Di Situs Sangiran




 Situs Sangiran dengan Museum Manusia Purbanya sebenarnya amat strategis dan punya potensi untuk berkembang jadi obyek wisata klas dunia.Kenapa tidak ?. Posisinya yang dekat dengan kota pusat kebudayaan Jawa, Solo dan Yogya, bisa menjadi magnet yang potensial menyedot arus wisata, bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Lebih-lebih karena dari sisi ilmu pengetahuan, Situs Sangiran sudah mengantongi modal popularitas.

 Dapat dipastikan hampir seluruh pelajar setingkat SLTA dan mahasiswa yang mempelajari  sejarah, anthropologi dan sosiologi, pernah mendengar nama Sangiran. Bukan hanya pelajar dan mahasiswa Indonesia saja, tetapi pelajar dan mahasiswa seluruh dunia yang mengambil disipilin mata pelajaran  itu. Tetapi berapa banyak diantara mereka yang sempat mengunjungi situs yang bersejarah itu ?.

Koleksi Musium Situs Sangiran sebenarnya  cukup banyak dan beragam  kurang lebih  13.808 buah, terdiri atas fosil manusia purba, fosil hewan, fosil tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan sedimen serta sejumlah peralatan yang dulu digunakan oleh komunitas manusia purba yang pernah hidup menjadi penghuni lembah Sangiran pada 1 juta tahun yang lalu. Jika kita memasuki ruang utama Musium  di lantai atas, kita akan bertemu dengan lebih kurang 15 vitrin yang berisi aneka ragam fosil dan koleksi  serta replika dari tulang tengkorak manusia purba. Pada dinding ruang utama, diperagakan perkembangan manusia purba yang menghuni lembah Sangiran dan di depannya dibangun patung-patung peragaan manusia purba hasil rekontruksi dari fosil-fosil yang berhasil ditemukan di  Situs Sangiran. Dari  lukisan di dinding pameran utama dan peragaan kehidupan manusia purba dan satwa purba, pengunjung nistaya akan dikejutkan oleh fakta sejarah dan fakta geologi , betapa kayanya aneka kehidupan di lembah Sangiran  yang dimulai pada 2 juta tahun jang lalu itu.

Surga Manusia Purba
Ahli sejarah purbakala dan geologi, berhasil mengungkapkan bahwa ternyata pada zaman purba, lembah Sangiran merupakan sebuah lembah dengan padang sabana yang luas. Padang sabana itu berada ditepi sebuah danau purba, dan darinya mengalir sungai purba,sungai Cemoro yang membelah lembah dan memeliki muara berbentuk meander. Dalam padang sabana yang bagaikan taman sorga itu, hidup  manusia purba  yang dalam anthropologi dikenal sebagai Homo Erectus. Karena hidup di Jawa, dikenal sebagai Java Man. Selain itu hidup juga aneka binatang buruan seperti rusa, kijang, domba dan babi rusa. Bahkan di padang sabana ini, hidup hewan lain seperti harimau, badak, gajah dan kuda nil.

Jenis gajah yang sempat hidup di lembah Sangiran adalah gajah purba jenis besar,seperti mastodon, stegodon dan elephans. Diperkirakan mereka hidup pada 1.200.000 – 500.000 tahun yang lalu. Pada saat yang bersamaan, juga hidup di muara sungai Cemoro, jenis kuda nil. Kuda nil adalah binatang yang hidup di rawa-rawa, danau dan muara sungai. Kuda nil dapat menyelam ke dalam air selama lima menit dengan cara menutup lubang hidung dan matanya.

Dari mana asal manusia purba Homo Erctus penghuni lembah Sangiran tau Manusia Jawa itu ?. Konon mereka berasal dari daratan Asia yang melakukan migrasi kearah tenggara. Saat melintasi lebih dari separoh pulau Jawa, mereka berhenti karena menemukan  lembah Sangiran yang saat itu berupa padang sabana yang indah, dekat dengan sumber air dan kaya dengan binatang buruan.  Mereka kemudian menetap di sana untuk jangka waktu yang amat lama. Komunitas homo Erectus Manusia Jawa itu, termasuk  komunitas Homo Erectus yang paling banyak dan paling  lama hidup di muka bumi dibandingkan dengan Homo Erctus di belahan bumi  yang lain. Saat itu, pulau Jawa masih menjadi satu dengan pulau Kalimantan, Sumatra, semenanjung Malaya dan daratan Asia.

Di lembah Sangiran itu, komunitas Homo Erectus hidup dengan cara berburu binatang buruan di padang sabana.  Menurut para ahli mereka belum berkebudayaan, tetapi sudah mampu berburu.  Cara mereka berburu ialah dengan membentuk kelompok-kelompok kecil terdiri dari 10 – 15 orang. Alat bantu berburu yang digunakan antara lain tombak yang mereka pungut secara tidak sengaja dari patahan dahan kayu yang banyak berserakan disana-sini. Sebagai perangkap jebakan binatang buruan, mereka membuat kolam lumpur. Kearah kolam berlumpur itulah kelompok pemburu itu menggiring binatang buruannya. Rusa , domba atau babi rusa yang ketakutan karena dikejar-kejar lari tersesat masuk ke kolam berlumpur, dengan mudahnya   mereka tangkapi berami-ramai.

Bagi manusia purba Homo Erectus , padang sabana lembah Sangiran merupakan sorga dunia. Tetapi sorga yang indah itu, tiba-tiba musnah ketika tanah sekitarnya terdeformasi saat terjadi bencana alam, kemudian disusul pula terjadinya cuaca yang ekstrim. Padang sabana yang indah itu, akhirnya musnah. Aneka binatang purba dan manusia purba Homo Erectus  itu ikut musnah dari muka bumi. Tulang-belulang mereka terkubur di dalam bumi, menjadi saksi sejarah yang abadi tentang keberadaan Manusia Jawa  di masa puluhan ribu tahun yang lampau itu.  Setelah kondisi alam menjadi stabil, muncullah hutan tropis. Dan datang lagi  penghuni baru, yakni  Homo Sapiens, cikal bakal manusia modern jaman kita sekarang ini. .

Sebagai situs Manusia Purba, Situs Sangiran memang amat menakjubkan sumbangannya  kepada perkembangan Teori Evolusi Sejarah Manusia amatlah besar. Tidak mengherankan bila pada akhirnya UNESCO menetapkan Situs Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia. UNESCO mencatatnya dalam World Heritage List,Nomor 593 dengan nama : Sangiran Early Man Site. UNESCO kemudian mnyebarluaskan ketetapannya itu ke seluruh penjuru dunia melalui UNESCO –PERS,Nomor 96-215.

Dengan sertifikat dari UNESCO itu, sesungguhnya semakin memudahkan langkah untuk menjadikan Situs Sangiran dengan Musium Sejarah Manusia Purbanya itu, berkembang jadi obyek wisata kelas dunia yang tidak akan kalah dengan Borobudur dan Prambanan. Bahkan bila digarap dengan sungguh-sungguh, perencanaan yang matang, melibatkan investor  nasional maupun asing, bukan mustahil bisa melebihi Borobudur dan Prambanan.[ Bandung, 25-06-2016]





Tidak ada komentar:

Posting Komentar