Situs Sangiran dengan Museum Manusia Purbanya
sebenarnya amat strategis dan punya potensi untuk berkembang jadi obyek wisata
klas dunia.Kenapa tidak ?. Posisinya yang dekat dengan kota pusat kebudayaan
Jawa, Solo dan Yogya, bisa menjadi magnet yang potensial menyedot arus wisata,
bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Lebih-lebih karena
dari sisi ilmu pengetahuan, Situs Sangiran sudah mengantongi modal popularitas.
Dapat dipastikan hampir seluruh pelajar setingkat
SLTA dan mahasiswa yang mempelajari sejarah, anthropologi dan sosiologi, pernah
mendengar nama Sangiran. Bukan hanya pelajar dan mahasiswa Indonesia saja,
tetapi pelajar dan mahasiswa seluruh dunia yang mengambil disipilin mata
pelajaran itu. Tetapi berapa banyak
diantara mereka yang sempat mengunjungi situs yang bersejarah itu ?.
Koleksi Musium Situs
Sangiran sebenarnya cukup banyak dan
beragam kurang lebih 13.808 buah, terdiri atas fosil manusia purba,
fosil hewan, fosil tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan sedimen serta sejumlah
peralatan yang dulu digunakan oleh komunitas manusia purba yang pernah hidup
menjadi penghuni lembah Sangiran pada 1 juta tahun yang lalu. Jika kita
memasuki ruang utama Musium di lantai
atas, kita akan bertemu dengan lebih kurang 15 vitrin yang berisi aneka ragam
fosil dan koleksi serta replika dari
tulang tengkorak manusia purba. Pada dinding ruang utama, diperagakan
perkembangan manusia purba yang menghuni lembah Sangiran dan di depannya
dibangun patung-patung peragaan manusia purba hasil rekontruksi dari
fosil-fosil yang berhasil ditemukan di
Situs Sangiran. Dari lukisan di
dinding pameran utama dan peragaan kehidupan manusia purba dan satwa purba,
pengunjung nistaya akan dikejutkan oleh fakta sejarah dan fakta geologi ,
betapa kayanya aneka kehidupan di lembah Sangiran yang dimulai pada 2 juta tahun jang lalu itu.
Surga
Manusia Purba
Ahli sejarah
purbakala dan geologi, berhasil mengungkapkan bahwa ternyata pada zaman purba,
lembah Sangiran merupakan sebuah lembah dengan padang sabana yang luas. Padang
sabana itu berada ditepi sebuah danau purba, dan darinya mengalir sungai purba,sungai
Cemoro yang membelah lembah dan memeliki muara berbentuk meander. Dalam padang
sabana yang bagaikan taman sorga itu, hidup manusia purba
yang dalam anthropologi dikenal sebagai Homo Erectus. Karena hidup di
Jawa, dikenal sebagai Java Man. Selain itu hidup juga aneka binatang buruan
seperti rusa, kijang, domba dan babi rusa. Bahkan di padang sabana ini, hidup
hewan lain seperti harimau, badak, gajah dan kuda nil.
Jenis gajah yang
sempat hidup di lembah Sangiran adalah gajah purba jenis besar,seperti
mastodon, stegodon dan elephans. Diperkirakan mereka hidup pada 1.200.000 –
500.000 tahun yang lalu. Pada saat yang bersamaan, juga hidup di muara sungai
Cemoro, jenis kuda nil. Kuda nil adalah binatang yang hidup di rawa-rawa, danau
dan muara sungai. Kuda nil dapat menyelam ke dalam air selama lima menit dengan
cara menutup lubang hidung dan matanya.
Dari mana asal
manusia purba Homo Erctus penghuni lembah Sangiran tau Manusia Jawa itu ?.
Konon mereka berasal dari daratan Asia yang melakukan migrasi kearah tenggara.
Saat melintasi lebih dari separoh pulau Jawa, mereka berhenti karena
menemukan lembah Sangiran yang saat itu
berupa padang sabana yang indah, dekat dengan sumber air dan kaya dengan
binatang buruan. Mereka kemudian menetap
di sana untuk jangka waktu yang amat lama. Komunitas homo Erectus Manusia Jawa
itu, termasuk komunitas Homo Erectus
yang paling banyak dan paling lama hidup
di muka bumi dibandingkan dengan Homo Erctus di belahan bumi yang lain. Saat itu, pulau Jawa masih menjadi
satu dengan pulau Kalimantan, Sumatra, semenanjung Malaya dan daratan Asia.
Di lembah
Sangiran itu, komunitas Homo Erectus hidup dengan cara berburu binatang buruan
di padang sabana. Menurut para ahli
mereka belum berkebudayaan, tetapi sudah mampu berburu. Cara mereka berburu ialah dengan membentuk
kelompok-kelompok kecil terdiri dari 10 – 15 orang. Alat bantu berburu yang
digunakan antara lain tombak yang mereka pungut secara tidak sengaja dari
patahan dahan kayu yang banyak berserakan disana-sini. Sebagai perangkap
jebakan binatang buruan, mereka membuat kolam lumpur. Kearah kolam berlumpur
itulah kelompok pemburu itu menggiring binatang buruannya. Rusa , domba atau
babi rusa yang ketakutan karena dikejar-kejar lari tersesat masuk ke kolam
berlumpur, dengan mudahnya mereka tangkapi berami-ramai.
Bagi manusia purba
Homo Erectus , padang sabana lembah Sangiran merupakan sorga dunia. Tetapi
sorga yang indah itu, tiba-tiba musnah ketika tanah sekitarnya terdeformasi
saat terjadi bencana alam, kemudian disusul pula terjadinya cuaca yang ekstrim.
Padang sabana yang indah itu, akhirnya musnah. Aneka binatang purba dan manusia
purba Homo Erectus itu ikut musnah dari
muka bumi. Tulang-belulang mereka terkubur di dalam bumi, menjadi saksi sejarah
yang abadi tentang keberadaan Manusia Jawa di masa puluhan ribu tahun yang lampau itu. Setelah kondisi alam menjadi stabil, muncullah
hutan tropis. Dan datang lagi penghuni
baru, yakni Homo Sapiens, cikal bakal
manusia modern jaman kita sekarang ini. .
Sebagai situs
Manusia Purba, Situs Sangiran memang amat menakjubkan sumbangannya kepada perkembangan Teori Evolusi Sejarah
Manusia amatlah besar. Tidak mengherankan bila pada akhirnya UNESCO menetapkan
Situs Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia. UNESCO mencatatnya
dalam World Heritage List,Nomor 593 dengan nama : Sangiran Early Man Site.
UNESCO kemudian mnyebarluaskan ketetapannya itu ke seluruh penjuru dunia
melalui UNESCO –PERS,Nomor 96-215.
Dengan
sertifikat dari UNESCO itu, sesungguhnya semakin memudahkan langkah untuk
menjadikan Situs Sangiran dengan Musium Sejarah Manusia Purbanya itu,
berkembang jadi obyek wisata kelas dunia yang tidak akan kalah dengan Borobudur
dan Prambanan. Bahkan bila digarap dengan sungguh-sungguh, perencanaan yang
matang, melibatkan investor nasional
maupun asing, bukan mustahil bisa melebihi Borobudur dan Prambanan.[ Bandung, 25-06-2016]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar