Entri yang Diunggulkan

Kahyangan Suralaya, Tempat Tinggal Para Dewa

Legenda adalah kisah tentang orang, kejadian, atau peristiwa yang dibuat berdasarkan fantasi dengan maksud untuk menimbulkan kekaguman...

Selasa, 02 Agustus 2016

(01)Jejak-Jejak Nasionalisme Ki Hadjar Dewantara dan Sejarah Perjuangannya

Bab 1: Bangsa Belanda Yang Menjadi Tuan di Tanah Jajahan.

Ki Hadjar Dewantara yang pada tahun 1913 masih bernama Suwardi Suryaningrat sempat jengkel karena pemerintah Hindia Belanda bermaksud menyelenggarakan peringatan Seratus Tahun Kemerdekan Negeri Belanda lepas dari penjajahan bangsa Perancis. Sebenarnya negeri kecil yang luasnya tidak lebih besar dari Propinsi Jawa Barat ditambah Banten dan DKI Jakarta itu, pada masa lalu bukan hanya pernah dijajah oleh Perancis. Tetapi Negeri Belanda juga pernah dijajah Spanyol.

Bagaimana bangsa dari Negara yang kecil yang berada di tepi Laut Utara itu bisa puluhan tahun jadi penguasa yang digdaya di tanah jajahan?

 1.  Berjuang Menjadi Bangsa Merdeka.

Ahli Sejarah dari UI Ong Hook Ham pernah menulis bahwa Negeri Belanda yang terletak di tepi Laut Utara dan Samudra Atlantik itu adalah suatu negara semacam Israelnya Eropa Barat. Bangsa Belanda selama berabad-abad harus berjuang melepaskan diri dari kekuasaan bangsa-bangsa besar yang mengelilinginya. Bahkan pernah menjajahnya, yakni Perancis dan Spanyol.

Sampai abad ke-5 M, Negeri Belanda masih berada di bawah Kekaisaran Romawi Kuno. Setelah  Romawi Barat runtuh (1476 M), Belanda berada di bawah kekuasan Dinasti Habsburg dari Perancis. Pada abad pertengahan, Belanda berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Spanyol yang beragama Kristen Katolik.

Pada awal abad ke-16 M muncul gerakan Reformasi di Eropa Barat yang mendorong lahirnya agama Protestan. Terjadilah perang  agama yang  hebat  untuk menantang dominasi Kekaisaran Kepausan Eropa Barat. Paus mendapat dukungan yang kuat dari Perancis dan Spanyol. Tetapi Kaisar Jerman akhirnya mengakui agama Protestan. Demikian pula di Inggris muncul agama Calvijn yang dengan cepat berkembang ke seluruh wilayah  kerajaan.

Belanda yang menjadi Protestan terpaksa harus berperang melawan Spanyol dan menuntut kemerdekaannya, jika tidak ingin ditindas penguasa yang membela agama Katolik. Perang kemerdekan Belanda melawan Spanyol itu berlangsung cukup lama juga, yakni delapan puluh tahun, hingga dikenal sebagai Perang Delapan Puluh Tahun (1568-1648 M). Pada tahun 1648 M, Belanda barulah memperoleh kemerdekaannya dari Spanyol. Maka terbentuklah Persatuan Kerajaan Belanda atau United Kingdom Nederland, yang terdiri dari 7 Provinsi Kerajaan Belanda. Dengan demikian,  nasionalisme di Eropa Barat pada awalnya dipicu oleh gerakan reformasi agama, yang telah melahirkan agama Protestan.

 Pada tahun 1795 M Belanda  diserbu Perancis dan terbentuklah Republik Bataaf (1795-1806 M) yang merupakan negara boneka Perancis. Raja Belanda Willem V terpaksa melarikan diri ke Inggris. Tahun 1806 M Napoleon menganeksasi Negeri Belanda ke dalam wilayah Perancis dan mengangkat adiknya Louis  sebagai Kepala Negara Belanda (1806-1813 M). Pada 1813 M Napoleon dikalahkan pasukan Koalisi di Leipzig dan diasingkan ke Pulau Elba. Negeri Belanda memanfatkan situasi kritis kekalahan Perancis itu dengan menyatakan kemerdekaannya. Peristiwa yang mirip kelak akan terjadi di Hindia Belanda pada tahun 1945. Sejak Maret 1942 Hindia Belanda diduduki Jepang. Saat Jepang dikalahkan oleh Sekutu(1945 M), para pejuang RI memproklamirkan kemerdekannya.


2. Berjuang Mencari Negeri Rampah-Rempah

Pada abad pertengahan sebenarnya Negeri Belanda sudah menjadi negeri yang makmur. Bangsa  Belanda mampu mengembangkan diri menjadi bangsa kapitalis yang hidup dari perdagangan, agrobisnis dan industri kerajinan rumah tangga. Pada saat itu Antwerpen dan Amsterdam telah berkembang menjadi kota perdagangan, komersial dan finansial yang penting di Eropa, menyusul London yang sudah lebih dulu berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan.

Penilaian Ong Hook Ham bahwa Negeri Belanda adalah Israelnya Eropa Barat memang ada benarnya. Karena pada akhir abad ke-15 M, tahun 1492 M, Raja Spanyol Ferdinand dan Ratu Isabella, berhasil menaklukkan Granada, sebuah Kerajaan Islam terakhir yang masih dapat bertahan di Semenanjung Iberia setelah Perang Salib berakhir. Setelah Granada ditaklukkan ribuan penduduk Muslim dan Yahudi diusir dari seluruh Spanyol. Mereka yang ingin tetap tinggal di wilayah Spanyol diberi pilihan antara pindah agama dengan memeluk Katolik atau dijatuhi hukuman mati.

Kaum Yahudi yang terusir dari Spanyol segera menyebar ke seluruh Eropa Barat dan dunia Islam, khususnya wilayah Turki Usmani. Di dunia Kristen di luar Portugal dan Spanyol, hanyalah kota-kota di Inggris dan Belanda yang memberikan toleransi kepada  orang-orang Yahudi yang kebanyakan memiliki  keahlian di bidang keuangan dan perdagangan. Mereka dapat hidup nyaman, tenang dan makmur di kota Antwerpen, Rotterdam dan London, karena di sana tidak berkembang semangat anti Semitisme. Kehadiran orang-orang Yahudi yang ahli dalam bidang keuangan dan perdaganan inilah yang mendorong Negeri Belanda dan Inggris berkembang menjadi negeri kapitalis yang makmur.

Tetapi berbeda dengan Inggris yang merupakan negara merdeka. Negara dan bangsa Belanda pada abad 16 M, masih merupakan jajahan Spanyol. Rupanya bangsa Belanda mengerti juga pentingnya persatuan. Mereka tahu juga jika bangsa Belanda bersatu, nistaya mereka akan kuat dan mampu melawan Spanyol. Sebaliknya bila mereka tidak bersatu, bangsa Belanda akan lemah dan mudah ditaklukkan Spanyol. Dengan demikian bangsa Belanda mulai mengembangkan ideologi nasionalisme berbasis persatuan. Agaknya Sang Penggagas  adalah Raja Propinsi Holland, Willem Sang Pendiam. Bisa jadi, dia adalah Founding Father bangsa Belanda.

Maka pada pertengahan abad 15 M, tujuh propinsi bersatu membentuk Persatuan Tujuh Propinsi Nederland yang dipimpin States General, sebuah lembaga semacam Parlemen Nederland. Willem Sang Pendiam diangkat menjadi Ketua States General. Mereka membuat pernyataan politik dan menuntut agar Spanyol mengakui kemerdekaan Negeri Belanda. Tentu saja Kaisar Spanyol menolak dan meletuslah perang antara Belanda dan Spanyol yang berlangsung selama delapan puluh tahun (1568 – 1648 M).

Sekalipun dalam suasana perang, ternyata Belanda mampu mengembangkan armada perdagangan laut. Orang-orang Belanda mampu membangun galangan kapal dan membuat kapal-kapal niaga yang dilengkapi meriam. Sejak tahun 1574 M, kapal-kapal niaga Belanda sudah mengarungi Laut Utara dan Samudra Atlantik dan hilir mudik Amsterdam –Lisabon, ibu Kota Portugal. Dari sana kapal-kapal niaga Belanda mengangkut rempah-rempah ke negerinya. Kemudian melalui kota-kota niaga di Negeri Belanda, rempah-rempah dari Hindia itu didistribusikan ke kota-kota di Eropa Daratan, bahkan sampai ke Rusia.  Saat itu rempah-rempah dari Hindia merupakan komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi. Hanya dengan memperdagangkan rempah-rempah dari tangan ke dua, yakni dari pedagang-pedagang Portugal, pedagang-pedagang Belanda mampu meraih keuntungan yang besar. Dengan sendirinya di Negeri Belanda  muncullah kota-kota dagang yang makmur.

Pada awal Perang Belanda-Spanyol, Portugal masih merupakan negeri merdeka dan tidak ada hubungannya dengan Pemerintah Spanyol. Tetapi pada tahun 1580 M, terjadilah penggabungan antara Portugal dan Spanyol. Akibat dari penggabungan ke dua negara itu, Portugal yang semula netral dalam perang melawan Belanda, tiba-tiba terseret dalam konfrontasi melawan Belanda.  Maka pada tahun 1594 M, kapal-kapal  niaga Belanda diboikot dan dilarang  berlabuh di Lisabon.

Pada awalnya Spanyol tidak melarang kapal-kapal niaga Belanda berlabuh di Lisabon untuk membeli rempah-rempah. Tetapi karena Spanyol curiga keuntungan dari penjualan rempah-rempah itu digunakan Belanda untuk membiayai perangnya dengan Spanyol, maka pada tahun 1594 M, Spanyol mengeluarkan peraturan yang melarang kapal-kapal Belanda berlabuh di Lisabon. Akibatnya mudah diduga. Belanda amat terpukul dengan peraturan itu. Belanda kesulitan mendapatkan rempah-rempah yang amat dibutuhkan oleh rumah obat, apotik dan rumah tangga masyarakat Eropa Barat yang selama ini dipasoknya.   

Harus diakui orang Belanda memang ulet dan pantang menyerah. Mereka mulai berpikir bagaimana cara menemukan negeri rempah-rempah.  Pada saat itu jalan menuju negeri rempah-rempah hanya diketahui oleh orang-orang Spanyol dan Portugal. Memang Spanyol dan Portugal adalah bangsa Eropa yang pertamakali memelopori pelayaran-pelayaran ke negeri rempah-rempah di Kepulauan Nusantara, teristimewa Maluku.

Di tengah-tengah usaha orang Belanda menemukan jalan laut menuju negeri rempah-rempah muncullah seorang pelaut Belanda yang pernah bekerja di kapal Portugal. Nama pelaut Belanda itu adalah Yan Huygen van Linschoten. Dia sempat ikut kapal Portugal berlayar beberapa kali ke Goa dan sempat tinggal beberapa waktu di sana.

Pada tahun 1593 M, dia pulang ke negeri Belanda kemudian menulis sebuah buku yang diberi judul : Itenerario. Isinya melukisan pengalamannya selama berlayar ikut kapal Portugal menuju negeri rempah-rempah dengan melewati Ujung Tanduk Afrika Selatan. Ketika buku itu diterbitkan para pedagang dan pelaut Belanda memberikan sambutan yang luar biasa. Pelaut Inggris ikut menerjemahkannya buku itu ke dalama Bahasa Inggris. Dengan terbitnya Itenerario, maka terbukalah jalan ke negeri rempah-rempah. Padahal pada saat itu, Raja Spanyol mengeluaran peraturan yang melarang warga Spanyol dan Portugal membocorkan rahasia jalan laut menuju negeri rempah-rempah.

Pelaut Belanda yang pertama kali berani melakukan pelayaran perdana ke Hindia adalah Cornelis de Houtman.  Dia berlayar dari Amsterdam pada bulan April 1595 M, dengan membawa empat buah kapal, yakni : Hollandia, Mauritius, Amsterdam dan Duifis. Hollandia dan Mauritius memiliki bobot 230 ton dengan dilengkapi 20 pucuk meriam.  De Houtman membawa 250 anak buah. Tetapi yang selamat sampai di Banten pada tanggal 23 Juni 1596 M, hanyalah 100 orang. Pada tahun 1597 M, De Houtman kembali ke Belanda dengan membawa sejumlah rempah-rempah dan barang dagangan lainnya. Tetapi sebagian barang dagangan itu diperoleh dari hasil merampok, terutama  merampok kapal-kapal Portugal.

Memang perilaku De Houtman kadang-kadang kasar dan licik. Dalam keadaan setengah mabok, dia pernah menyuruh anak buahnya menembaki dengan meriam Kota Banten yang saat itu sedang ada perayaan keagamaan. Akibatnya kapal-kapal Belanda itu diserbu tentara keamanan Kerajaan Banten. De Houtman dan sejumlah anak buahnya dipenjarakan. Tetapi akhirnya penguasa Banten Mangkubumi Jayanegara melepaskannya setelah mereka membayar denda sebanyak 45.000 gulden. Kapal-kapal Belanda itu segera diusir dari Banten. Kelak akibat kesombongannya, nyawa De Houtman  harus melayang di perairan Pantai Aceh, pada pelayaran ke duanya ke Hindia Timur. Barang dagangan yang berhasil diangkut De Houtman dalam pelayaran perdananya itu hanyalah 245 karung lada, 45 ton pala, dan 30 bal bunga pala. Tetapi karena sebagian besar barang hasil rampasan, De Houtman mampu meraih laba sebesar 87.000 gulden.

Sejak suksesnya pelayaran De Houtman, berturut-turut tiap tahun negeri Belanda mengirimkan ekspedisi kapal-kapal dagangnya. Kapten Johan van Neck, berlayar pada tahun 1598 M dan kembali pada tahun 1599 M. Kali ini Johan van Neck tampil lebih sopan dibanding De Houtman. Hasilnya, disamping mengantongi laba 400 %, dia juga berhasil mengantongi ijin dari penguasa Banten untuk membangun loji dan gudang guna menyimpan barang dagangannya. Pelayaran yang juga membawa sukses terjadi pada tahun berikutnya di bawah pimpinan Pieter Booth. Dia pertamakali berlayar tahun 1599 M, dengan biaya dari Brabant  Company. Rupanya hasil-hasil yang diraih dari pelayaran Pieter Booth ini, menarik perhatian seorang pengusaha Belanda Johan van Oldenbelneverd  dan memberinya ilham untuk mendirikan perusahaan dagang VOC ( Vereenigde Oost Indische Compagnie) atau Persatuan Perusahaan Dagang Hindia Timur. Perusahaan ini dipimpin oleh tujuh belas direktur yang berasal dari tujuh belas perusahaan pelayaran Belanda yang meleburkan dirinya menjadi satu. Ketujuhbelas direktur VOC itu disebut sebagai Tujuh Belas Direktur yang Dimuliakan atau The Seventeen Heeren. Modal awal pendirian VOC adalah 6,5 juta gulden.

VOC didirikan dengan mendapat pengesahan dari Parlemen Belanda atau States General dan memiliki hak-hak sbb :

(1)  Boleh membuat perjanjian dengan raja-raja Hindia Timur atas nama Pemerintah  Belanda. (2)  Boleh membangun kota, benteng dan kubu-kubu pertahanan di tempat-tempat yang diperlukan. (3)Boleh membentuk serdadu sendiri, mencetak uang dan mengangkat pegawai sendiri.

Dari hak-hak istimwa yang dimiliki VOC tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan VOC tidak hanya berdagang. Tetapi juga menegakkan monopoli dan melakukan penaklukan-penaklukan guna membangun tanah jajahan, khususnya di negeri rempah-rempah. Itulah sebabnya armada kapal dagang Belanda dilengkapi dengan sejumlah meriam.  Berdagang, tetapi dengan membawa meriam.

Pieter Booth yang sukses dalam pelayaran perdananya, diangkat menjadi Gubernur Jendral VOC yang pertama. Usaha untuk menemukan negeri rempah-rempah telah berhasil. Kini Belanda mulai mengembangkan rencana jangka panjang untuk menjadi Gusti atau Tuan yang paling berkuasa di negeri rempah-rempah agar bisa menegakkan monopoli perdagangan yang akan memberikan jaminan  keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan demikian perjalanan sejarah bangsa Belanda melewati jalan yang unik dan kontroversial. Dari suatu bangsa yang berjuang untuk mencapai kemerdekaan dan melepaan diri dari penjajahan Spanyol, menjadi suatu  bangsa yang berusaha menjajah bangsa-bangsa di Hindia Timur agar dapat menjadi Gusti dari negeri rempah-rempah yang kaya dan makmur. Kontroversi yang lainnya ialah, di satu pihak bangsa Belanda sendiri mengembangkan nasionalisme patrotik di dalam  negerinya dengan menggalang persatuan di bidang  politik yaitu dengan mempersatukan tujuh buah propinsi menjadi satu kesatuan dan persatuan di bidang ekonomi yaitu dengan membentuk VOC.  Tetapi di lain pihak, di tanah jajahan, Belanda mengembangkan ideologi yang memecah belah baik secara politik maupun ekonomi, serta menghalang-halangi lahirnya nasionalisme patriotik. Bukan hanya dibidang politik, tetapi juga dibidang ekonomi dan sosial budaya.  


3.Menjadi Gusti di Negeri Rempah-Rempah.

Dari pengalaman bertempur melawan Spanyol dan Portugal selama puluhan tahun, baik di darat maupun di laut, membuat armada perang Belanda menjadi armada yang tangguh. Kapal-kapal  Belanda di samping memiliki konstruksi yang kukuh juga dilengkapi dengan sejumlah meriam, alat-alat pelempar batu dan tali-temali yang rumit yang memang sengaja disiapkan untuk menghadapi pertempuran laut.  

Kekuatan armada Belanda pada jaman itu, jelas bukan tandingan kekuatan-kekuatan penguasa lokal. Armada Belanda yang merangkap sebagai kapal dagang dan juga kapal perang, bukan hanya unggul dalam bidang teknik persenjataan terhadap kekuatan-kekuatan lokal di negeri repah-rempah. Mereka juga unggul dari sisi manajemen birokrasi, bisnis,  perdagangan, personalia, keuangan, perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, serta taktik dan strategi peperangan.

Satu-satunya musuh yang dianggap berat oleh Kumpeni untuk menegakkan monopoli perdagangan di Hindia Timur adalah sesama petualang bangsa Eropa, yakni kekuatan Portugal, Spanyol dan Inggris.  Pieter Both bersama armadanya berangkat untuk yang ke dua kalinya dari negeri Belanda pada tahun 1605 M. Tiba di Kepulauan Maluku segera membangun pangkalannya sebagai tempat berpijak. Pada tahun 1610 M, beberapa kali terlibat baku hantam dengan Portugal dan Spanyol. Di Maluku Portugal sudah bercokol hampir satu abad. Tetapi pendatang baru Belanda berhasil mengusir kekuatan Portugal dan Spanyol keluar dari Maluku. Ambon dan Banda, pulau terbesar, segera diduduki Belanda dan Pieter Both membangun benteng dan markas besarnya. Dalam waktu relatip singkat, Belanda sudah mampu menegakkan monopoli perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Maluku.

Konsep monopoli dalam perdagangan yang dijalankan negera-negara Barat sebenarnya sejalan dengan ajaran Merkantislisme di bidang ekonomi yang dianut negara-negara Eropa pada abad 17 -18 M. Tujuan monopoli adalah menekan harga pembelian produk serendah-rendahnya dan menjual produknya di pasaran internasional dengan harga setinggi-tingginya, agar dengan demikian diperoleh keuntungan yang maksimal.

Oposisi dan perlawanan terhadap kebijakan monopoli  perdagangan Kumpeni, juga muncul dari penduduk dan penguasa lokal. Terhadap gerakan oposisi ini, Kumpeni bertindak tegas dan brutal. Puluhan pohon cengkeh dan pala di Banda dan pulau-pulau lainnya ditebangi dan dibakar. Hanya beberapa saja yang disisakan, dengan maksud agar tidak terjadi over produksi sehingga harga tetap tinggi.

Orang-orang Banda yang protes, melawan dan memberontak  segera ditangkap, ditumpas habis. Sebagian besar mati terbunuh dan yang hidup dijadikan  budak. Tercatat dalam sejarah hitam Kumpeni di Maluku, lebih dari 15.000 orang Banda dan Maluku hilang dan meninggal akibat kekejaman dan kebrutalan Kumpeni untuk menegakkan ambisinya menjadi Gusti yang dipertuan di negeri rempah-rempah. Tindakan kekerasan  besar-besaran itu terjadi pada tahun 1621 M di pulau Banda, dilakukan oleh Jan Pieterzoon Coen, pengganti Pieter Both. Ribuan penduduk Banda yang tak berdosa menjadi korban pembunuhan massal dan dijual sebagai budak ke Batavia.(bersambung)

Artikel Lanjutan :
https://wwwtamansiswa.blogspot.co.id/2016/08/2-jejak-jejak-nasionalisme-ki-hadjar.html

1 komentar:

  1. Sejarah Bangsa Belanda....Dari bangsa terjajah menjadi bangsa penjajah, mengapa bisa ya?

    BalasHapus