Entri yang Diunggulkan

Kahyangan Suralaya, Tempat Tinggal Para Dewa

Legenda adalah kisah tentang orang, kejadian, atau peristiwa yang dibuat berdasarkan fantasi dengan maksud untuk menimbulkan kekaguman...

Rabu, 30 Agustus 2017

Pendidikan Ketamansiswaan 3-1 : 1.Pendidikan di Tamansiswa



 

1.      Pengertian.

Pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bermaksud memberikan bimbingan terhadap hidup, tumbuh, dan berkembangnya  jiwa dan raga pesreta  didik, agar dengan di dalam kodrat pribadi peserta  didik dengan pengaruh lingkungannya, dapat berkembang dengan sebaik-baiknya, sehingga peserta didik mencapai kemajuan hidup lahir dan batin.

2.      Tujuan Pendidikan:
Tujuan Pendidikan adalah mempertajam:
a. Daya Cipta, Kecerdasan Intelektual, atau Kemampuan Kognitip.
b. Daya Rasa, Kecerdasan Emosional, atau Kemapuan Affektip.
c. Daya Karsa, Psykhomotor, atau Kemampuan Psykhomotorik.

3.      Visi Persatuan Tamansiswa
a.      Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia.
b.      Mewujudkan masyarakat yang tertib damai, salam dan bahagia, sesuai dengan masyarakat adail dan makmur berdasarkan Pancasila.
c.       Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mempertajam daya cipta, rasa, dan karsa.

4.      Strategi Pencapaian.
a.      Bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan kurikum Depdikbud Tahun 2014.
b.      Kecakapan life skill, Saintek, Humaniora, Pendiikan Agama, dan Pendidikan Karakter(Pendidikan watak, Pendidikan Budi Pekerti).
c.       Jalur pendidikan yang dipakai adalah jalur pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan non formal.
d.      Menurut Ki Hadjar Dewantara, jalur lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
5.      Konsep Pendidikan Yang Digunakan.
Pendidikan berbasis luas dan menyeluruh ( broad bassed education).

6.      Bahan Diskusi.

A.      Pilihlah pernyataan di bawah ini dengan B bila benar dan dengan S bila salah.

1.      Visi Tamansiswa sama dengan cita-cita atau tujuan ideal jauh di masa depan yang ingin dicapai Tamansiswa.
2.      Misi Tamansiswa sama dengan amanat atau tugas mulia yang harus dilaksanakan oleh Tamansiswa.
3.      Mewujudkan masyarakat yang tertib damai dan manusia salam dan bahagia adalah visi Tamansiswa.
4.      Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan misi Tamansiswa.
5.      Mempertinggi kualitas budi pekerti, karakter bangsa, dan kepribadian bangsi merupakan misi Tamansiswa.
6.      Mengembangkan potensi daya cipta, rasa, dan karsa peserta didik merupakan visi Tamansiswa.
7.      Kesenian adalah kebudayaan.
8.      Kebudayaan adalah kesenian.
9.      Kebudayaan adalah pendidikan.
10.  Pendidikan adalah kebudayaan.[]





Kamis, 10 Agustus 2017

Pendidikan Ketamansiswaan-1 :1. Bergaul Dengan Sadar.




Bab 1 : Bergaul Dengan Sadar

Tata Cara Yang Harus Diketahui Setiap Orang.

Pada waktu dua orang bertemu pertama kalinya, masing-masing menaksir harga yang lain atas dasar tatacaranya dalam pertemuan itu. Pada umumnya tatacara itu memang dipengaruhi oleh keadaan pribadi dari manusia. Tetapi kalau tigak dipelihara dengan baik, orang menjadi tampak kaku dan kurang cakap dalam menjalankannya, sehingga bisa menimbulkan rasa penghargaan yang kurang. Tetapi sebaliknya orang yang berhati jahat, tetapi karena mampu dan bisa tampil dengan tatacara yang baik dan sopan, sehingga akibatnya banyak orang yang tertipu.

Bagi siapa saja, tidak akan rugi kalau dia tahu tata cara menjalankan adab bersopan santun itu dengan baik. Tiap-tiap bangsa memiliki adat dan tatacara bersopansantun yang menandakan kemajuannya dan keluhuran bangsa tersebut. Demikian pula setiap orang Indonesia, perlu tahu tatacaranya sendiri dalam adab sopan santunnya sendiri yang berlaku dikalangan orang yang sopan.

A.     Tatacara Ketika Orang Bertemu Di Jalan.
1.      Memberi salam kepada teman dengan mengangkat tangan kepada orang lain, mengangguk, dan atau membuka topi. Topi itu diagkat dengan tangan kiri, kalau orang yang diberi hormat, ada di sebelah kanan. Dan topi diangkat dengan tangan kanan, kalau orang yang diberi hormat, ada di sebelah kiri. Tata cara di atas berlaku untuk orang laki-laki. Bagi wanita yang memakai topi, memberi salam tidak dengan membuka topi. 

2.      Jika berhenti sebentar untuk berbicara, berbicaralah dengan cara berdiri tegak Setelah selesai berbicara, bersalam lagi seperti tersebut di atas sebelum keduaya berpisah.

3.      Kalau berjalan bersama, berjalanlah sejajar, dan sewaktu melewati jalan sempit, hendaklah mempersilahkan yang lebih tua atau lebih terhormat, untuk melangkah lebih dulu, kemudian berjalan sejajar lagi.

4.      Kalau berjalan berdua bersama wanita, laki-laki harus bersikap hormat dan sopan kepadanya, menjaga dan membantu membawakan apa yang sekiranya berat untuk dibawa bagi seorang wanita. 

5.      Waktu naik kendaraan, yang tua atau lebih dihormati, dipersilahkan naik lebih dulu dan diberi tempat duduk yang baik.

6.      Kalau ada orang menanyakan jalan, berusahalah memberikan petunjuk dengan sebaik-baiknya.

B.      Tatacara Menjamu dan Berjamu.

1.      Jika masuk bertamu ke rumah orang, hendaklah selalu dengan memberi salam, jika memakai topi, hendaknya dibuka dan tidak dipakainya selama ada di dalam rumah. 
          Duduk di tempat duduk yang telah di sediakan setelah dipersilahkan tuan rumah, kecuali bertamu ke rumah kawan sendiri yang sudah akrab.
3.      Kalau ada tamu lain datang, berdiri sebentar dan bersalaman dan kemudian duduk lagi. 

4.      Selama duduk bersama orang lain, berusahalah ikut berbicara, dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara juga. Berbicaralah dengan sopan, suara sedang dan tidak takut-takut atau malu-malu.

5.      Kalau dijamu teh atau lainnya, tunggu sampai tuan atau nyonya rumah mempersilahkan minum atau mengambilnya. Kalau ingin lekas minum atau mengambilnya, mintalah ijin lebih dulu.     Duduk selalu dengan cara sopan dan bersahaja.     Kesopanan berpakaian harus selalu dipelihara.    Ketika tamu akan pulang, tuan/nyonya rumah menyatakan terima kasih dan bersalaman. Jika sudah mulai berjalan, jika membawa topi, mulai dipakai lagi.

C .Tatacara Makan Bersama 

1.      Dalam mempergunakan alat-alat sendok, garpu, dan lainnya lagi, tirulah orang yang lebih tahu.
2.      Kalau mengunyah makanan jangan bersuara.
3.      Mulai makan harus bersama-sama dan meninggalkan meja makan juga bersama-sama.
4.      Jangan malu-malu mengambil sendiri apa yang dihidangkan. Tetapi pada waktu mengambil, ingat juga kepada orang lain.
5.      Kalau tuan/nyonya rumah selesai menjamu makan atau selama makan melayani sendiri tanpa dibantu seorang pembantu rumah tangga, hendaklah tamu berusaha membantunya.

  D .Tatacara Berpakaian.
1.      Pakaian ada tiga macam, yaitu : (1) Pakaian Peralatan, (2) Pakaian Umum, (3) Pakaian Di Rumah. Semua dipakainya menurut tempat dan kepentingannya.
2.      Cara mengenakan pakaian, : rapi, kancing semua tertutup, dada jangan sampai terbuka.
3.      Kalau ada yang koyak atau sobek, jangan dipakai sebelum jijahit rapat kembali.
4.      Aturlah supaya kombinasi dan pemakaian warna sesuai dengan sifat warna dan estetika.
5.      Berhati-hatilah mengikuti mode. Kalau salah pilih bisa menimbulkan kurang penghargaan dan bahan tertawaan.
6.      Duduk di ruang depan yang dapat dilihat orang, selalu berpakaian rapi.
7.      Terima tamu yang bukan kawan sendiri, selalu berpakaian umum, bukan pakaian dalam rumah.

 E .Tujuan Bersopan Santun.   
1.      Tatacara bersopan santun diadakan orang tujuannya adalah untuk menambah kesenangan dalam bergaul, dan dapat menambah rasa harga menghargai.
2.      Tatacara suatu bangsa, terutama dalam perhelatan resmi, meruapakan sautu pengetahuan sendiri (Manual of Departement).[]


A.     Pilihlah B jika pernyataan di bawah ini benar dan S jika salah.

1.      Ketika dua orang pertama kali bertemu dan berkenalan, masing-masing menilai kepribadian lawan bicaranya.
2.      Tatacara bergaul mempengaruhi kepribadian manusia.
3.      Setiap orang pasti cakap bergaul.
4.      Penghargaan yang kurang pada seseorang karena dia tidak cakap bergaul.
5.      Ketrampilan bergaul tidak perlu dipelajari.
6.      Orang yang kurang cakap bergaul, kurang mendapatkan penghargaan.
7.      Orang yang cakap bergaul, belum tentu orang baik.
8.      Tatacara bergaul harus dipelajari.
9.      Orang jahat bisa bersikap sangat sopan.
10.  Tiap bangsa memiliki tata cara bergaul sendiri-sendiri.[]






Senin, 17 April 2017

Mengenang Bulan Kartini : Peran Wanita Sebagai Soko Guru Peradaban




Andaikata Raden Ajeng Kartini yang lahir pada tanggal 21 April 1879  dan gemar baca koran masih hidup, nistaya dia akan langsung berkomentar, jika membaca berita seorang anak siswa klas X sebuah SMA Unggulan terkenal di Magelang, tega menggorok leher teman satu barak sampai tewas. Siapakah yang pantas dipersalahkan? Kepala Sekolah bisa jadi kecolongan. Tetapi siapa yang bisa mengendalikan masa lalu seorang anak, jika bukan keluarganya?

Kepala Sekolah tersebut dalam penjelasannya, menyebutkan, siswa pembunuh yang masih berusia remaja itu, ketika masih duduk di bangku SMP, gemar nonton film Rambo. Dia terobsesi oleh kepahlawanan Sang Rambo yang dengan sadis mampu dengan mudah membunuh lawannya dengan sebilah pisau. Dimana anak tersebut menonton film keras tersebut? Di sekolah, rumah teman, atau di rumahnya sendiri? Pengalaman anak yang ingin jadi hero akibat nonton film laga di masa lalu itu, telah mengendap ke dalam alam bawah sadarnya. Ketika emosinya naik, obsesi anak itu muncul kembali dari kedalaman jiwanya. Terjadilah ketegangan jiwa yang muncul terus-menerus, dan membuat anak itu semakin tegang gelisah. Akibatnya anak itu tak dapat mengendalikan dirinya lagi.  Bagaikan air bah keinginan melepaskan ketegangan jiwa itu menjebol akal sehatnya, dan mencari jalan keluar. Motivasi  dan  keinginannya untuk bertindak sebagai seorang hero  begitu kuat, tapi salah arah dan sasaran. Korban pun jatuh seketika, jadi korban yang tewas sia-sia. 

Sesungguhnya perilaku brutal dan sadis anak usia belia semacam itu, bisa menimpa siapa saja. Orang tua dan para guru  seyogyanya bisa mengambilnya jadi pelajaran berharga. Kini sudah banyak orang tua yang memahami, bahwa selain pranata sekolah sebagai tempat pembelajaran anak, orang tua tidak boleh mengaibaikan pranata keluarga sebagai tempat pembelajaran yang utama dan pertama. Keluarga adalah pranata istimewa bagi orang tua, terutama ibu,  untuk memberikan pendidikan budi pekerti, ahlakul karimah, moral, pendidikan watak, dan istilah sejenis lainnya yang melukiskan kualitas jiwa manusia yang  telah beradab..

Kartini dengan tegas, satu abad yang lalu sudah menyampaikan pendapatnya, bahwa wanita dan ibu adalah pendidik utama dan pertama yang harus berdiri di garis depan dalam memberikan pendidikan budi pekerti. Pendidikn budi pekerti bagi seorang anak, yang utama dan pertama, bukan ditangan laki-laki dan ayah. Bukan pula di sekolah. Tapi di rumah dan di tangan ibu. Bukan berarti ayah tidak perlu berperan. Dan sekolah tidak penting. Ayah tetap berperan tetapi cukup dalam posisi- meminjam istilah Ki Hadjar Dewantara,  tut wuri handayani. Dan sekalolah tetap penting.  Meminjam pandangan Kartini, orang tua dalam kasus di atas  kemungkinan telah salah dengan memanjakan dalam  mendidik anak, sehingga terjadi tragedi yang menghebohkan itu. Kartini melukiskan cita-citanya berupa  saran bagaimana cara mendidik seorang anak laki-laki maupun perempuan, sebagai berikut. 

“Ingin hatiku punya anak perempuan dan laki-laki yang akan kubentuk dan kudidik jadi manusia sepadan dengan kehenda hatiku. Pertama-tama akan kubuangkan ada kebiasaan yang buruk yang melebihkan anak laki-laki dari pada perempuan. Tidak usah kita herankan lagi, apa sebab nafsu laki-laki suka memikirkan dirinya sendiri saja, bila kita ingat, laki-laki itu  sejak masa kecilnya, sudah dilebih-lebihkan dari pada anak perempuan.  Dan semasa kanak-kanak, laki-laki sudah diajar merendahkan derajat perempuan. Bukankah acap kali kudengar seorang ibu berkata kepada anaknya laki-laki, bila dia jatuh lalu menangis, ‘cis anak laki-laki menangis tiada malu seperti anak peremppuan’ Anakku laki-laki maupun perempuan akan aku ajar supaya menghargai dan pandang memandang sama rata, makhluk yang sama, dan didikannya akan kusamakan benar. Yakni tentu saja masing-masing menurut kodrat kecakapannya.” 

Apa sebabnya perempuan sering disebut sebagai soko guru peradaban? Kartini, Pejuang emansiapasi  yang bercita-cita menjadi guru itu berkata, ”Bukan karena perempuan yang dipandang cakap untuk itu. Tetapi karena saya sendiri yakin sungguh-sungguh bahwa dari perempuan itu pun akan timbul pengaruh yang besar akibatnya dalam membaikkan dan memburukkan kehidupan. Dari wanitalah pertama-tama manusia menerima didikannya. Di haribanannya, anak itu belajar merasa, berpikir, berkata-kata. Dan tahulah saya bahwa pendidikan yang mula-mula itu, bukan tidak besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia di kemudian harinya,” tulis Kartini pula.



Secara singkat dapat dikatakan bahwa, peran ibu dalam memajukan pendidikan budi pekerti bagi putra-putrinya sangatlah besar. Sebagai soko guru peradaban, pengaruhnya sungguh luar biasa, Pengaruh  seorang ibu kepada anak yang dikandungnya, dilahirkannya, disusuinya, lalu dididiknya dengan cinta dan kasih sayang.  Dari haribaannyalah akan lahir anak-anak berbudi pekerti luhur, berakhlakul karimah, ber watak mulia sebagai manusia berbudaya dan berkeadaban. Itulah cita-cita emansipasi wanita yang digagas dan diperjuangkan Kartini. Wallahualam.[Bandung,18-04-2017] Anwar Hadja, Guru SMA Tamansiswa Bandung.